Kontribusi Artikel untuk Tema Sidang Sinode GSA di Sibolga



Menyongsong Kerajaan 1000 Tahun Damai dan Setia Memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus


Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Ketua LPM dan AMI Sekolah Tinggi Teologi IKSM Santosa Asih
Email: ymuanley@gmail.com

ABSTRAK

Tema tentang Kerajaan Seribu Tahun Damai (Millennium) merupakan bagian penting dalam eskatologi Kristen yang menegaskan harapan umat percaya atas pemerintahan Kristus secara nyata di bumi. Tulisan ini menyoroti relasi antara pengharapan akan Kerajaan 1000 Tahun Damai dengan panggilan gereja untuk tetap setia memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus di masa kini. Melalui pendekatan kualitatif teologis, penulis menafsirkan teks-teks kunci dari Wahyu 20:1–6 dan meninjau pandangan para teolog mengenai makna pemerintahan Kristus di masa depan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengharapan eskatologis seharusnya meneguhkan misi gereja di masa kini, bukan menjadi pelarian dari realitas dunia. Gereja dipanggil untuk hidup kudus, setia, dan aktif mengabarkan Injil sebagai wujud kesiapan menyongsong pemerintahan Kristus yang damai dan kekal.

Kata kunci: Eskatologi, Kerajaan Seribu Tahun Damai, Injil, Kesetiaan, Misi Gereja

ABSTRACT

The theme of the Millennial Kingdom is an essential aspect of Christian eschatology that affirms believers’ hope in the visible reign of Christ on earth. This study explores the relationship between the hope of the Millennial Kingdom and the church’s call to remain faithful in proclaiming the Gospel of Jesus Christ today. Using a qualitative theological approach, the author interprets key texts from Revelation 20:1–6 and examines various theological perspectives regarding Christ’s future reign. The findings reveal that eschatological hope should strengthen the church’s mission in the present, rather than serve as an escape from the world’s reality. The church is called to live in holiness, faithfulness, and active evangelism as an expression of readiness to welcome Christ’s peaceful and eternal reign.
Keywords: Eschatology, Millennial Kingdom, Gospel, Faithfulness, Church Mission

PENDAHULUAN

Tema “Menyongsong Kerajaan 1000 Tahun Damai dan Setia Memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus” menegaskan dua sisi penting dalam kehidupan iman Kristen: pengharapan eskatologis dan tanggung jawab misiologis. Banyak umat percaya memahami Kerajaan Seribu Tahun Damai sebagai janji pemulihan akhir di mana Kristus akan memerintah secara nyata bersama umat-Nya (Why. 20:1–6). Namun dalam konteks teologis dan pastoral, pengharapan ini tidak boleh dimengerti secara pasif.
Sebaliknya, pengharapan tersebut harus menumbuhkan semangat untuk tetap setia dalam pelayanan dan pemberitaan Injil, sebab hanya mereka yang “setia sampai mati” (Why. 2:10) yang akan turut memerintah bersama Kristus.

Kebaruan penelitian (Novelty) dari tulisan ini terletak pada penekanan hubungan antara eskatologi dan misi. Banyak literatur teologi membahas Kerajaan Seribu Tahun Damai dari sisi perdebatan sistem eskatologi (premilenialisme, amilenialisme, postmilenialisme), namun kajian ini menyoroti bagaimana iman akan kerajaan masa depan itu memberi motivasi praksis untuk penginjilan dan kesetiaan pelayanan masa kini.
Dengan demikian, tulisan ini mengajukan satu tesis utama: pengharapan akan Kerajaan Seribu Tahun Damai harus diterjemahkan dalam kesetiaan mengabarkan Injil di tengah dunia yang semakin apatis dan sekular.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teologis-biblika. Data diperoleh melalui studi literatur atas teks Alkitab, khususnya kitab Wahyu 20:1–6, serta pandangan para teolog dan penafsir Alkitab tentang konsep Kerajaan Seribu Tahun Damai. Analisis dilakukan dengan tiga langkah: Eksposisi teks Alkitab untuk menemukan makna asli (exegesis) dari konsep pemerintahan seribu tahun.
Sintesis teologis untuk menghubungkan makna eskatologis dengan doktrin misi dan penginjilan.
Refleksi kontekstual untuk menafsirkan implikasi bagi gereja masa kini dalam konteks pelayanan dan kesetiaan iman.

PEMBAHASAN

1. Makna Teologis Kerajaan 1000 Tahun Damai

Wahyu 20:1–6 menyebutkan masa seribu tahun di mana Setan dibelenggu dan Kristus memerintah bersama umat kudus. Tafsiran atas bagian ini memunculkan beragam pandangan:
Premilenialisme menafsirkan secara harfiah bahwa Kristus akan datang kembali sebelum kerajaan seribu tahun dimulai.
Amilenialisme menafsirkan masa seribu tahun sebagai simbol pemerintahan rohani Kristus di hati orang percaya.
Postmilenialisme memandang masa ini sebagai puncak keberhasilan Injil sebelum kedatangan Kristus kedua.
Namun terlepas dari perbedaan pandangan, semua sistem setuju bahwa Kristus adalah Raja yang berdaulat, dan pemerintahan-Nya membawa kedamaian sejati bagi ciptaan. Gereja masa kini dipanggil untuk menjadi representasi awal dari kerajaan itu melalui kehidupan yang kudus dan misioner.

2. Kesetiaan Memberitakan Injil di Tengah Dunia Akhir Zaman

Yesus Kristus mengamanatkan gereja untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19–20). Dalam konteks akhir zaman, tugas ini bukan hanya kegiatan evangelistik, tetapi juga bentuk kesetiaan kepada Raja yang akan datang.
Kesetiaan bukanlah sekadar mempertahankan iman, tetapi tindakan aktif dalam pemberitaan Injil, pengajaran Firman, dan pelayanan kasih.

Paulus menulis, “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor. 9:16). Dengan demikian, kesetiaan memberitakan Injil adalah bukti iman yang hidup, yang menantikan kedatangan Kristus dengan penuh pengharapan.

3. Misi Gereja Sebagai Antisipasi Kerajaan Damai

Misi bukan sekadar tugas gereja, melainkan hakikat gereja itu sendiri. Gereja yang menantikan Kerajaan Kristus harus menjadi tanda damai itu di dunia yang penuh kekerasan dan ketidakadilan. Injil yang diberitakan bukan hanya berita keselamatan pribadi, tetapi juga kabar tentang pembaruan ciptaan.

Seperti yang ditegaskan oleh John Stott, “Injil Kristus menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia—rohani, sosial, dan moral.” Gereja yang setia menyongsong Kerajaan Damai adalah gereja yang menjadi pembawa damai, menghidupi kasih, dan terus mengabarkan kebenaran Kristus dengan kuasa Roh Kudus.

4. Refleksi Kontekstual bagi Gereja di Indonesia

Dalam konteks Indonesia yang plural, tantangan misi semakin besar. Gereja harus menyadari bahwa kesetiaan kepada Kristus berarti siap memberitakan Injil dengan bijaksana, penuh kasih, dan tanpa kompromi terhadap kebenaran. Menyongsong Kerajaan Damai berarti membangun kehidupan iman yang kuat, menolak kejahatan, dan menegakkan keadilan dalam kasih Kristus.

KESIMPULAN
/>
Kerajaan 1000 Tahun Damai bukan hanya pengharapan eskatologis, tetapi juga panggilan etis dan misiologis bagi umat percaya masa kini. Menantikan pemerintahan Kristus berarti hidup dalam kekudusan, kesetiaan, dan semangat memberitakan Injil. Gereja yang menantikan Kerajaan itu tidak boleh pasif, tetapi aktif menjadi terang dunia dan garam bumi.
Dengan demikian, menyongsong Kerajaan Seribu Tahun Damai sejati adalah dengan setia memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus, karena hanya melalui Injil-lah manusia disiapkan untuk masuk ke dalam pemerintahan Kristus yang damai dan kekal.

Daftar Pustaka

Beale, G. K. The Book of Revelation: A Commentary on the Greek Text. Grand Rapids: Eerdmans, 1999.
Boice, James Montgomery. Foundations of the Christian Faith. Downers Grove: InterVarsity Press, 1986.
Erickson, Millard J. Christian Theology. Grand Rapids: Baker Academic, 1998.
Ladd, George Eldon. The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism. Grand Rapids: Eerdmans, 1974.
Stott, John. The Contemporary Christian. Downers Grove: InterVarsity Press, 1992.
Walvoord, John F. The Millennial Kingdom: A Basic Text in Premillennial Theology. Grand Rapids: Zondervan, 1983.



Posting Komentar untuk "Kontribusi Artikel untuk Tema Sidang Sinode GSA di Sibolga"